Halaman

Sabtu, 17 September 2011

Keracunan Timah hitam (Pb) dalam darah

Timah hitam (Pb) dapat berikatan dengan gugus SH dalam enzim dan protein lainnya dengan ikatan kovalen sehingga akan menghalangi kerja enzim tersebut. Pb juga mampu membentuk ion-ion organometalik yang larut dalam lemak dan mampu menembus membran biologis dan berakumulasi dalam sel dan organel, juga dalam hati, ginjal, pankreas dan organ lain. Akibat terakumulasinya Pb dalam organ-organ tubuh tersebut dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit, dan diantaranya yaitu kerusakan jaringan syaraf, kerusakan sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin dan jantung. Setiap bagian yang di serang oleh racun Pb akan memperlihatkan efek yang berbeda. Berikut ini beberapa efek dari keracunan Pb pada berbagai organ-organ tubuh:

Efek Pb pada sistem syaraf

Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam Pb. Pengaruh dari keracunan Pb dapat menimbulkan kerusakan otak. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak sebagai akibat dari keracunan Pb adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar, dan delirium yaitu jenis penyakit gula.

Gejala yang mengalami keracunan Pb adalah mudah marah, lesu, nafsu makan berkurang, sembelit dan melemahnya otot-otot kerja. Dalam konsentrasi tinggi, keracunan timbal dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, lambung, menurunkan kesuburan (fertilitas) dan menyebabkan kehamilan tidak normal. Dampak keracunan timbal begitu mengerikan karena target utama dari timbal adalah syaraf. Depresi dan gangguan sakit kepala adalah yang paling umum dijumpai pada penderita keracunan timbal.

Mekanisme kerja Pb dalam darah
Tidak semua senyawa Pb dapat diserap oleh tubuh. Hanya sekitar 5-10% dari jumlah Pb yang masuk melalui makanan atau sebesar 30% dari jumlah Pb yang terhirup yang akan diserap oleh tubuh. Dari jumlah yang diserap itu hanya 15% yang akan mengendap pada jaringan tubuh dan sisanya akan turut terbuang bersama sisa metabolisme bersama urin dan feses. Kadar Pb dalam darah merupakan indikator yang paling baik untuk menunjukkan current exposure (pemaparan sekarang). Hal ini hanya berlaku pada steady state condition yaitu bila seseorang terpapar Pb secara terus menerus. Untuk mencapai kondisi steady state tersebut diperlukan waktu pemaparan selama 2 bulan secara terus menerus. Setelah pemaparan terhenti kadar Pb akan turun secaraperlahan-lahan. Waktu paruh Pb dalam darah kurang lebih 2-4 minggu.

sumber: Ir.Mursid Raharjo M.Si,FKM-UNDIP (Dampak Pencemaran Udara pada Kesehatan)